Karya Maulida Kurniawati
Dulu, waktu aku kelas 4 SD, pertama kali aku mengenal media sosial. Rasanya seperti menemukan dunia baru yang super seru. Saat itu, aku penasaran sekali dengan Instagram dan TikTok karena hampir semua temanku menggunakan dua aplikasi itu. Mereka sering mengunggah foto, story, dan video lucu. Karena tidak ingin ketinggalan, aku akhirnya membuat akun juga. Awalnya hanya iseng, tapi lama-lama jadi kebiasaan baru yang menempel terus dalam kehidupan sehari-hariku.
Saat baru mulai memakai Instagram, aku heboh sendiri mencoba berbagai filter, mengedit foto, dan memikirkan caption yang cocok. Setiap ada yang menyukai atau mengomentari postinganku, rasanya excited banget—seperti mendapat perhatian kecil yang bisa membuat mood langsung naik. Aku juga mulai mengikuti akun artis, selebgram, sampai akun meme absurd yang sering membuatku tertawa sendiri. Semuanya terasa baru dan menyenangkan.
Namun, setelah beberapa lama, aku mulai merasakan sisi lain dari media sosial. Aku jadi sering membandingkan diriku dengan orang lain dan perlahan merasa insecure. Melihat foto orang dengan wajah mulus, hidup yang terlihat keren, sering jalan-jalan, membuatku merasa hidupku biasa saja. Aku bahkan pernah mengedit fotoku berlebihan agar terlihat lebih “perfect.” Belum lagi kebiasaan scroll tanpa sadar. Niatnya hanya membuka sebentar, tahu-tahu sudah lebih dari setengah jam. Tugas sekolah pun kadang terbengkalai karena aku terlalu asyik bermain HP.
Untungnya, lama-kelamaan aku sadar bahwa semua itu harus diatur supaya tidak berlebihan. Aku mulai meng-unfollow akun-akun yang membuatku insecure dan menggantinya dengan akun yang lebih positif dan edukatif. Aku juga memasang batas waktu penggunaan media sosial agar tidak bermain terlalu lama. Ternyata, setelah dibatasi, hidup terasa lebih seimbang. Aku bisa menikmati media sosial tanpa merasa terbebani.
Sekarang aku menggunakan media sosial dengan lebih santai. Kadang untuk hiburan, kadang untuk mencari informasi, dan kadang untuk mengunggah hal random yang menurutku seru. Yang terpenting, aku tidak lagi terlalu peduli dengan komentar orang atau standar yang tidak realistis. Pakai seperlunya saja, dan tetap ingat bahwa dunia nyata jauh lebih penting.
.png)


.jpeg)



.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)




.jpeg)

