SELAMAT DATANG DI BLOG PENDIDIKAN WASIT WICASONO

Selasa, 02 Desember 2025

PENGALAMAN PERTAMA MENGGUNAKAN MEDSOS

Karya Maulida Kurniawati 


Dulu, waktu aku kelas 4 SD, pertama kali aku mengenal media sosial. Rasanya seperti menemukan dunia baru yang super seru. Saat itu, aku penasaran sekali dengan Instagram dan TikTok karena hampir semua temanku menggunakan dua aplikasi itu. Mereka sering mengunggah foto, story, dan video lucu. Karena tidak ingin ketinggalan, aku akhirnya membuat akun juga. Awalnya hanya iseng, tapi lama-lama jadi kebiasaan baru yang menempel terus dalam kehidupan sehari-hariku.


Saat baru mulai memakai Instagram, aku heboh sendiri mencoba berbagai filter, mengedit foto, dan memikirkan caption yang cocok. Setiap ada yang menyukai atau mengomentari postinganku, rasanya excited banget—seperti mendapat perhatian kecil yang bisa membuat mood langsung naik. Aku juga mulai mengikuti akun artis, selebgram, sampai akun meme absurd yang sering membuatku tertawa sendiri. Semuanya terasa baru dan menyenangkan.


Namun, setelah beberapa lama, aku mulai merasakan sisi lain dari media sosial. Aku jadi sering membandingkan diriku dengan orang lain dan perlahan merasa insecure. Melihat foto orang dengan wajah mulus, hidup yang terlihat keren, sering jalan-jalan, membuatku merasa hidupku biasa saja. Aku bahkan pernah mengedit fotoku berlebihan agar terlihat lebih “perfect.” Belum lagi kebiasaan scroll tanpa sadar. Niatnya hanya membuka sebentar, tahu-tahu sudah lebih dari setengah jam. Tugas sekolah pun kadang terbengkalai karena aku terlalu asyik bermain HP.


Untungnya, lama-kelamaan aku sadar bahwa semua itu harus diatur supaya tidak berlebihan. Aku mulai meng-unfollow akun-akun yang membuatku insecure dan menggantinya dengan akun yang lebih positif dan edukatif. Aku juga memasang batas waktu penggunaan media sosial agar tidak bermain terlalu lama. Ternyata, setelah dibatasi, hidup terasa lebih seimbang. Aku bisa menikmati media sosial tanpa merasa terbebani.


Sekarang aku menggunakan media sosial dengan lebih santai. Kadang untuk hiburan, kadang untuk mencari informasi, dan kadang untuk mengunggah hal random yang menurutku seru. Yang terpenting, aku tidak lagi terlalu peduli dengan komentar orang atau standar yang tidak realistis. Pakai seperlunya saja, dan tetap ingat bahwa dunia nyata jauh lebih penting.

KEMAH BESAR

Karya Armayoga


Tahun lalu, saat saya masih duduk di bangku kelas sembilan SMP, saya mengikuti kegiatan Perkemahan Besar yang diadakan di Unit 4 Jalan 6. Ini adalah pengalaman berkemah kedua saya, dan perasaan saya saat itu campur aduk antara antusias dan sedikit cemas. Kami berangkat pada hari Kamis pagi dengan menaiki bus sekolah menuju Bumi Perkemahan Unit 4. Setibanya di sana, suasana alam yang asri langsung menyambut kami.


Setelah itu, kami dibagi menjadi beberapa kelompok, dan saya berada di Kelompok 1 bersama tujuh teman dekat saya. Agenda pertama setelah pembagian kelompok adalah mendirikan tenda. Ternyata prosesnya tidak semudah kelihatannya. Kami sempat kesulitan memasang tiang dan merentangkan terpal dengan benar. Bahkan tenda kami hampir roboh beberapa kali, disaksikan oleh tawa teman-teman dari kelompok lain. Namun, berkat kerja sama tim, akhirnya tenda kami berdiri kokoh.


Malam harinya, saya dan teman-teman bermain dan berkeliling area perkemahan. Karena hari sudah larut malam, kami langsung tidur agar tubuh kembali segar untuk kegiatan esok hari.


Keesokan paginya, kami mengikuti upacara pembukaan. Setelah itu, kami langsung bersiap untuk mengikuti lomba LKBB. Setelah menunggu lama, akhirnya giliran kelompok kami tampil. Seusai lomba, kami kembali ke tenda karena badan sudah lelah dan ingin beristirahat.


Sore harinya, kami berangkat ke rumah Pak Panji untuk menumpang mandi. Dalam perjalanan, kami melihat sebuah mobil yang oleng. Tidak jauh dari lokasi itu, teman saya melihat pohon rambutan dan mengajak saya mengambil buahnya. Namun saya menolak karena itu milik orang lain. Kami pun melanjutkan perjalanan ke rumah Pak Panji. Sesampainya di sana, kami mandi secara bergantian. Setelah selesai mandi, saya dan teman-teman kembali ke tenda.


Setiba di tenda, kami menuju tenda perempuan untuk makan malam. Setelah makan, kami kembali ke tenda karena sudah mengantuk.


Masuk hari ketiga, kami melakukan kegiatan heking dengan menyusuri hutan karet, menyeberangi sungai kecil, dan mendaki bukit untuk mencapai pos-pos tantangan. Meskipun lelah, pemandangan alam yang indah dan kerja sama tim yang solid membuat perjalanan ini sangat menyenangkan.


Setelah selesai kegiatan heking, kami kembali ke tenda untuk bersih-bersih badan. Setelah itu, kami langsung membantu membuka tenda karena hari itu kami akan pulang. Seusai membereskan semua perlengkapan, kami bercerita bersama selama perjalanan pulang.

LIBURAN DI RUMAH NENEK

Karya Ardika Saputra Kelana


Setelah menunggu sekian lama, akhirnya libur sekolah tiba. Aku bergegas membantu Ayah dan Ibu berkemas. Rasanya sudah tidak sabar untuk segera bertemu nenek.


Perjalanan kami menggunakan motor. Aku sangat senang melihat pemandangan kebun sawit dan karet yang terhampar luas di sepanjang jalan. Kadang aku terlelap karena lelah, tetapi semangatku kembali setiap kali melihat keindahan alam. Jalan menuju rumah nenek yang berkelok-kelok membuat hatiku semakin berdebar-debar. Aku merasa gembira membayangkan wajah nenek yang sebentar lagi akan kutemui.


Sesampainya di rumah nenek, aku langsung disambut pelukan hangatnya. Nenek terlihat sangat gembira melihatku dan keluarga. Setelah beristirahat sebentar, nenek mengajak kami makan siang. Masakan nenek selalu terasa istimewa, apalagi dengan lauk favoritku seperti sayur bayam dan tempe bacem.


Aku dan sepupuku yang seusia langsung bermain bersama. Nenek sering bercerita tentang kisah masa mudanya, membuatku semakin senang berada di sini. Di hari terakhir liburan, nenek memberiku uang saku dan berpesan agar aku menabung untuk membeli mainan yang sudah lama kuinginkan.


Aku juga belajar banyak tentang kehidupan di desa saat membantu nenek berkebun. Suasana yang tenang dan udara yang segar membuatku merasa sangat bahagia.


Sebelum pulang, aku tidak lupa berpamitan dan memeluk nenek. Aku berjanji akan segera mengunjunginya lagi pada liburan berikutnya.

LIBURAN SEKOLAH

Karya Denny Yoga Prasetya


Liburan sekolah kali ini terasa sangat berbeda. Setelah tiga tahun tidak bisa mudik karena kesibukan orang tua, akhirnya saya dan keluarga bisa kembali mengunjungi nenek di rumahnya yang asri di Sabak, Jambi. Kami benar-benar menantikan momen ini.


Perjalanan dari Rimbo Bujang ke Sabak memakan waktu sekitar enam jam. Bapak dan Ibu menggunakan travel. Selama perjalanan, Ibu menyuruh saya melihat pemandangan dan memainkan game agar saya tidak merasa bosan. Sesampainya di rumah nenek, kami langsung disambut dengan pelukan hangat. Kakek yang baru pulang dari kebun terlihat sangat gembira melihat kedatangan kami.


Selama satu minggu di sana, kami melakukan banyak kegiatan menyenangkan. Pada pagi hari, saya diajak nenek pergi ke pasar untuk membeli sayur segar. Setelah itu, saya dan adik bermain di alun-alun dekat rumah sambil menunggu nenek selesai berbelanja. Sore harinya, kami membantu nenek di kebun, memetik sayuran dan mengambil madu untuk dibawa pulang.


Momen kebersamaan bersama keluarga dan nenek terasa sangat indah. Meskipun perjalanan jauh dan melelahkan, semua rasa lelah terbayar oleh kebahagiaan melihat senyum nenek yang penuh kehangatan. Momen mudik ini akan selalu saya ingat sebagai kenangan yang tak terlupakan. Semoga tahun depan kami bisa mudik lagi.

JAMBORE CABANG TEBO

Karya Rafa Adhya Naswan

Pada tanggal 27 November 2025, saya dan kawan-kawan berangkat ke kantor camat untuk mengikuti upacara pelepasan sebelum berangkat menuju Jambore Cabang di Tebo. Setelah upacara selesai, kami semua bersalaman dengan orang tua untuk berpamitan. Kemudian, kami bergegas menuju mobil yang sudah disiapkan.


Dalam perjalanan, suasana begitu meriah. Kami menyanyikan yel-yel yang sudah kami buat khusus untuk kegiatan Jambore Cabang. Setelah menempuh perjalanan beberapa waktu, akhirnya kami tiba di lokasi kegiatan. Sesampainya di sana, kami turun dari mobil dan menurunkan seluruh barang bawaan.


Kami bekerja sama mendirikan tenda, lalu beristirahat sejenak untuk melemaskan badan. Setelah itu, kami bersiap mengikuti upacara pembukaan Jambore Cabang.


Selesai upacara, kami mandi sore karena badan sudah lengket dan gatal akibat keringat. Setelah mandi, kami menunaikan sholat Maghrib, kemudian menuju tenda perempuan untuk makan malam bersama. Usai makan malam, kami kembali bersiap untuk melaksanakan sholat Isya. Setelahnya, kami kembali ke tenda untuk beristirahat.


Pukul 04.00 pagi, kami bangun untuk melaksanakan sholat Subuh. Setelah sholat, kami melakukan senam pagi, lalu mandi dan mengenakan seragam Pramuka. Setelah semuanya siap, kami melaksanakan tugas masing-masing sesuai pembagian yang telah ditentukan.

THE REAL PLOT TWIST DI KELAS 4 SD

Karya Syauqi

Kejadian ini benar-benar berkesan parah, terjadi saat aku masih bocil—tepatnya ketika aku duduk di kelas 4 SD. Waktu itu, sekolahku adalah SD 085 Desa Tegal Arum. Di sana aku punya dua bestie sejati yang solid sampai sekarang: Ramadan dan Bima. Kami selalu sat set bareng dalam segala aksi di sekolah, mulai dari jajan di kantin, main bareng, sampai ngumpet dari guru kalau lagi heboh sendiri.


Tiba-tiba, datanglah real plot twist yang bikin aku down berat. Karena ada masalah keluarga, aku harus pindah sekolah. Kabar itu literally bikin hatiku hancur. Hari terakhir di SD 085 terasa super emosional. Bagian tersulit adalah berpisah dengan Ramadan dan Bima. Momen itu bikin aku galau maksimal, seolah aku sedang meninggalkan semua good vibes yang selama ini aku punya.


Hari itu aku berangkat dengan hati mager dan sedih, seolah satu cerita hidupku sudah selesai.


Tujuan baruku? SD 186 Desa Sapta Mulia (Unit 7).

Hari pertama di sana auto canggung. Semuanya terasa asing—gedungnya, guru-gurunya, sampai teman-temannya. Aku cuma duduk diam di kelas, merasa seperti terisolasi di dunia baru yang belum aku pahami.


Proses adaptasiku berjalan lambat. Awalnya aku malas ngobrol dan lebih memilih diam. Butuh sekitar dua bulan bagiku untuk berani membuka diri, mulai ngobrol, dan akhirnya menemukan kenyamanan. Itu adalah fase healing yang cukup panjang buatku.


Perlahan tapi pasti, aku mulai menemukan lingkungan yang positif dan teman-teman baru yang asik di Sapta Mulia. Pindah sekolah ini ternyata jadi pelajaran berharga tentang bagaimana caranya bertahan dan bangkit. Meskipun kenangan bersama dua bestie lamaku tak akan pernah terlupakan, sekarang aku sudah siap gaspol menyambut cerita-cerita baru di kehidupan baruku.

LIBURAN DI PATI JAWA TENGAH

Karya Yuanita Rahmadani 


Pada tahun 2022, aku punya pengalaman liburan yang sangat berkesan ketika berkunjung ke rumah Pakde dan Bude di Pati, Jawa Tengah. Rasanya seperti momen healing yang sudah lama aku tunggu. Suasana kota yang padat benar-benar membuatku ingin mencari tempat yang tenang, dan ketika orang tua bilang kalau kami akan pergi ke Pati, aku langsung auto happy. Aku tahu suasana pedesaan di sana punya vibes yang berbeda—lebih hangat, lebih sederhana, dan pastinya udah pasti bikin hati tenang.


Perjalanan menuju Pati memang memakan waktu beberapa jam, tapi perjalanannya terasa menyenangkan. Sesampainya di rumah Pakde dan Bude, kami langsung disambut dengan ramah dan penuh tawa. Rumah mereka luas, dikelilingi pepohonan, dengan udara yang masih segar. Tempat itu membuatku merasa seperti menemukan ruang untuk benar-benar recharge energi.


Selama di Pati, banyak aktivitas seru yang kulakukan. Pada hari pertama, aku diajak Pakde ke sawah. Melihat hamparan hijau sejauh mata memandang membuatku merasa seperti masuk ke dunia yang berbeda. Jauh dari gedung-gedung tinggi kota. Berjalan di pematang sawah sambil mendengar hembusan angin itu so calming. Tentu saja, aku tidak lupa foto-foto karena tempatnya punya natural aesthetic vibes yang sayang kalau dilewatkan.


Hari berikutnya, Bude mengajakku ke pasar tradisional. Di sana aku melihat banyak makanan khas seperti nasi gandul, sate kambing, dan berbagai jajanan pasar. Kami juga mampir ke warung es dawet yang cukup viral di daerah itu. Rasanya enak banget—sampai-sampai aku bilang ke Bude kalau minuman itu the best, no counter. Kulineran khas daerah benar-benar membuat liburan ini terasa lebih lengkap.


Malam harinya, kami sering duduk bersama di teras sambil berbincang. Suasana hangat seperti ini membuatku sadar bahwa momen sederhana bisa menjadi kenangan yang paling bermakna. Ngobrol santai dengan sepupu-sepupuku rasanya seperti main bareng bestie sendiri.


Saat waktunya pulang tiba, ada sedikit rasa sedih. Liburan di Pati memberikan pengalaman yang tak terlupakan. Tahun 2022 menjadi salah satu kenangan terbaikku, dan momen bersama Pakde dan Bude itu benar-benar menjadi healing yang membuatku pulang dengan hati yang lebih tenang dan bahagia.

Kenangan Perjalanan ke Damaraya

Karya Cika

Beberapa waktu lalu, saya mengalami sebuah perjalanan yang sangat berkesan ketika pergi ke Damasraya. Perjalanan ini awalnya hanya rencana biasa untuk mengunjungi keluarga, tetapi akhirnya berubah menjadi pengalaman yang penuh cerita seru. Sejak pagi, saya sudah auto senang karena sudah lama tidak berkunjung ke sana. Saya menyiapkan barang-barang, mulai dari pakaian, perlengkapan pribadi, sampai camilan buat dimakan di jalan. Pokoknya _vibes_ pagi itu positif banget.


Perjalanan dimulai sekitar pukul tujuh pagi. Cuacanya cerah, cocok banget buat _healing_. Di sepanjang jalan, pemandangan hijau membuat suasana terasa tenang. Sesekali saya membuka jendela untuk merasakan angin yang sejuk. Rasanya benar-benar jadi _mood booster_ setelah sekian lama sibuk dengan aktivitas harian.


Setelah menempuh perjalanan beberapa jam, saya akhirnya tiba di Damasraya. Suasananya langsung memberikan vibes desa yang adem dan nyaman. Saya menuju rumah keluarga yang sudah menunggu. Begitu sampai, sambutannya hangat banget sampai saya auto lupa capek. Keramaian keluarga terasa seperti bertemu _bestie_ lama—akrab dan penuh tawa.


Selama berada di Damasraya, saya menghabiskan waktu dengan berkeliling lingkungan sekitar. Ada sungai jernih, pepohonan tinggi, dan desa-desa kecil yang tenang. Saya juga diajak ke sebuah tempat yang lagi _ngehits_ di sana. Banyak anak muda datang buat foto karena tempatnya _instagramable_ no debat. Saya pun ikut panen konten karena pemandangannya memang sebagus itu.


Yang paling berkesan adalah kebersamaan dengan keluarga dan warga sekitar. Mereka ramah dan menyenangkan, membuat saya merasa seperti di rumah sendiri. Kami mengobrol, bercanda, dan bertukar cerita. Saya juga mencoba makanan khas yang rasanya unik dan bikin nagih. Pokoknya, semua pengalaman itu benar-benar bikin memori baru yang sulit dilupakan.


Saat waktu pulang tiba, saya merasa sedikit sedih karena rasanya kunjungan itu terlalu singkat. Tapi saya tetap bersyukur karena perjalanan ini berhasil jadi _healing trip_ yang tidak hanya menyenangkan, tapi juga menenangkan pikiran. Banyak momen yang membuat saya sadar bahwa kebersamaan sederhana adalah hal berharga.


Perjalanan ke Damasraya bukan sekadar jalan-jalan biasa. Itu adalah pengalaman yang menyimpan banyak cerita, tawa, dan _vibes_ positif yang akan selalu saya ingat.

LIBURAN YANG MENYENANGKAN

Karya Ainia Rahma Putri


Saat aku masih kecil, salah satu liburan yang paling berkesan bagiku adalah ketika keluargaku mengajakku pergi ke pantai di Jawa Tengah bernama _Partris Beach_. Itu adalah pertama kalinya aku melihat laut secara langsung, jadi sejak pagi aku sudah merasa sangat bersemangat.


Kami berangkat menggunakan mobil, dan perjalanan memakan waktu cukup lama. Sepanjang perjalanan, aku melihat pemandangan sawah yang luas dan perbukitan hijau yang disebut _landscape_. Ketika mendekati area pantai, aku mulai mencium aroma khas laut yang membuatku semakin tak sabar.


Sesampainya di pantai, aku langsung terpukau melihat hamparan pasir putih dan ombak yang bergulung perlahan. Kami menyewa sebuah tempat berteduh bernama _gazebo_ untuk menyimpan barang-barang. Setelah itu, aku berlari menuju tepi air sambil membawa ember kecil untuk bermain pasir.


Ayah mengajarkanku membuat bentuk hewan menggunakan cetakan _mold set_. Aku sangat gembira ketika berhasil membuat bentuk bintang laut yang hampir sempurna. Sementara itu, Ibu memotret kami dengan handphone miliknya.


Setelah puas bermain pasir, aku diajak bermain air di pinggir pantai. Ombaknya tidak terlalu besar, sehingga aman untuk anak kecil. Aku ingat sekali bagaimana air laut terasa dingin namun menyegarkan. Kami juga melihat beberapa perahu kecil yang disebut _canoe_ melintas tidak jauh dari tempat kami bermain.


Menjelang siang, kami duduk di bawah _gazebo_ sambil menikmati kelapa muda. Ibu juga membelikan camilan khas pantai berupa kerang goreng yang dijual di warung kecil bergaya _*seafood stall*_. Rasanya gurih dan membuatku ingin makan lagi.


Sebelum pulang, kami berjalan menyusuri garis pantai sambil mengumpulkan kerang-kerang kecil. Aku memasukkan semuanya ke dalam kantong kecil sebagai _souvenir_ dari liburan itu.


Hari itu menjadi salah satu kenangan masa kecilku yang paling indah. Aku pulang dengan hati bahagia dan cerita yang tak terlupakan.

HIDUPKU

Karya Mutiara 

Manusia memiliki takdirnya masing-masing. Tidak semua orang terlahir beruntung. Ada yang hidupnya dipenuhi keberuntungan, ada yang selalu diuji, dan ada juga yang merasakan keduanya dalam waktu-waktu tertentu. Kadang aku merasa hidupku kurang beruntung, karena sejak kecil aku tidak sepenuhnya merasakan kasih sayang seorang ayah.


Aku dibesarkan oleh Ibu dan Nenek. Sejak kecil, aku sering bertanya ke mana ayahku pergi. Jawaban mereka selalu sama, “Ayah pergi kerja di tempat jauh.” Aku mempercayai itu seluruhnya. Aku benar-benar berpikir Ayah sedang bekerja untuk kami. Namun kenyataannya, beliau pergi meninggalkan kami dan mungkin tidak akan pernah kembali.


Ibu dan Nenek merawatku penuh kasih, mengajariku banyak hal yang belum aku mengerti. Mereka bekerja keras demi hidup kami. Aku bersyukur memiliki mereka, meski sesekali ada rasa kesal kecil seperti hubungan keluarga pada umumnya.


Namun setiap kali mengingat masa kecilku, rasa sedih sering muncul. Kadang aku iri melihat teman-temanku yang tumbuh dalam keluarga utuh dan harmonis. Aku juga ingin merasakan itu. Temanku pernah mengeluhkan kedua orang tuanya yang sering bertengkar. Dalam hati aku berkata, “Kamu masih lebih beruntung, kamu pernah merasakan kasih sayang ayah.” Aku tidak pernah merasakannya.


Aku tumbuh tanpa figur ayah. Terkadang sedih. Tapi aku juga sering mengingatkan diriku sendiri bahwa masih banyak orang lain yang hidupnya jauh lebih berat, namun tetap bersyukur. Dari situ aku belajar menerima takdirku.


Sering kali aku bertanya-tanya, Bagaimana jika ayahku tidak pergi? Apakah hidupku akan lebih baik? Pertanyaan itu mulai muncul ketika aku memasuki SMP. Saat kecil, aku tidak pernah memikirkan hal seperti itu.


Waktu kecil, aku suka bermain dengan anak-anak tetangga. Aku anak yang pemalu (bahkan sampai sekarang), tapi bermain membuatku bahagia. Bermain adalah caraku menghibur diri. Di rumah, aku sering bermain sendiri atau ditemani Ibu. Aku sering berkhayal seolah aku adalah salah satu mainan itu dan berbicara pada mainan lainnya. Ya, aku yakin banyak anak juga pernah melakukan itu.


Sampai sekarang pun aku masih suka menghibur diriku sendiri. Di sekolah, aku sering bertingkah lucu dan membuat temanku tertawa. Mendengar tawa mereka membuatku lupa akan hal-hal yang selama ini menggangguku. Mereka membuatku merasa lengkap meski ada bagian hidupku yang hilang.


Saat pertama kali masuk sekolah, aku sangat takut dan malu. Banyak orang baru yang tidak aku kenal. Ibu atau Nenek selalu mengantar aku berjalan kaki. Kadang tetangga yang berpapasan menawarkan tumpangan. Nenek sudah tua tetapi masih gigih bekerja. Ibu memiliki penyakit yang kadang kambuh, namun tetap berusaha membantu Nenek.


Walaupun tumbuh tanpa ayah, aku percaya aku bisa menjadi seseorang yang berguna di masa depan. Aku ingin mengejar cita-citaku, ingin membuat Ibu bahagia, dan membuat orang-orang di sekitarku bangga.


Hidup memang rumit, ya? Tapi untungnya, aku kecil dulu sangat kuat. Aku bangga pada diriku sendiri.


Sepertinya cerita ini cukup sampai di sini. Terima kasih sudah membaca. Mungkin kisahku sederhana, tapi itulah perjalanan hidupku.

IMPIANKU

Karya Renata Julia Wahyuni 


Banyak sekali mimpi dan kisah di dunia ini. Setiap orang memiliki impian yang sangat ingin mereka wujudkan. Namun, tidak semua perjalanan menuju mimpi berjalan mulus dan sesuai harapan. 

Cerita ini bermula saat aku berumur 11 tahun. Ini adalah kisah tentang bagaimana aku mulai bermain voli hingga akhirnya bisa menjadi diriku yang sekarang. Tiga tahun lalu, saat ada turnamen voli dalam rangka perayaan 17 Agustus di balai desa, aku melihat banyak pemain voli yang begitu keren. 

Saat itu, rasanya aku sangat ingin ikut bermain di dalam lapangan yang megah itu, membawa nama daerah dan orang tuaku. Setelah hari itu, aku berusaha keras membujuk orang tuaku agar mau membuatkan lapangan untukku, kakak laki-lakiku, dan ibuku, karena kami memiliki hobi yang sama. 

Akhirnya ayah mengabulkan permintaanku dan membangun lapangan di sebelah rumah. Warga sekitar ikut membantu, dan lapangan itu pun menjadi lapangan bersama. Di situlah aku memulai langkah pertamaku. Aku belajar dari nol. Saat itu aku tidak bisa apa-apa, tetapi tekadku mengalahkan rasa takutku. Semangatku untuk bisa sangat tinggi. 

Waktu membawaku bertemu dengan anak-anak klubku sekarang, Bavori. Saat itu kami sedang sparing, dan setelah melihat kemampuan mereka, ibuku memintaku untuk berlatih di sana. Awalnya aku takut, karena aku tidak mengenal siapa pun. Klub itu sangat ramai, penuh dengan orang yang sedang berlatih. Tapi ternyata mereka semua sangat baik padaku. 

 Latihan yang berat hampir membuatku menyerah. Rasanya tubuhku tidak kuat menjalani semua itu. Namun semuanya harus dipaksakan untuk meraih keberhasilan. Dulu klub kami sangat terkenal karena banyak orang berlatih di Bavori. Tetapi seiring waktu, satu per satu mulai mundur dan tidak pernah hadir lagi. 

Hingga akhirnya hanya tersisa 11 orang, lalu semakin berkurang menjadi 8 orang. Delapan orang itulah yang menjadi tim inti Bavori. Dari tahun ke tahun, hanya kami yang mampu bertahan. Kami berlatih di lapangan sederhana, tetapi penuh dengan kenangan. Hujan, panas, pagi, siang, hingga malam sudah kami lalui bersama. Walaupun alat latihan kami tidak bagus, kami tetap memanfaatkannya dengan sebaik mungkin. 

Di sana aku merasakan arti pertemanan yang sesungguhnya. Teman-teman yang terasa seperti keluarga. Pelatih kami sudah seperti orang tua sendiri. Kami memiliki segalanya di tempat itu. Kami bahkan pernah dilatih oleh atlet ternama yang datang jauh-jauh dari Tasik. Waktu terus berjalan hingga akhirnya pelatih kami tidak bisa lagi membimbing kami karena ada urusan yang lebih penting. 

Lapangan mulai terbengkalai. Tidak ada lagi suara bola menggema, tidak ada tawa, tidak ada teriakan semangat. Lapangan itu seakan-akan mati, dan klub Bavori tidak lagi aktif. Saat itu aku mulai mencari cahaya baru agar tetap bisa maju. Aku menemukan klub baru, Uforia. Klub itu mengajakku berkeliling ke banyak lapangan di Rimbo Bujang, bahkan ke luar daerah. 

Aku mulai mengikuti banyak turnamen. Dulu permainanku diremehkan dan tidak dihargai. Tetapi aku tidak tumbang. Aku terus berlatih sekuat tenaga. Perlahan, episode baru dimulai. Aku sparing dan mengikuti turnamen di banyak tempat. Orang-orang mulai mengenalku, menghargai permainanku, dan ingin berkenalan denganku. Saat itu aku sadar, tidak ada yang akan menghargai seseorang yang dianggap tidak berguna. 

Aku ingat betul orang-orang yang dulu meremehkanku. Saat ini, mungkin aku belum menjadi pemain hebat. Tapi aku sudah jauh lebih baik dibanding saat aku memulai kisah ini. Dan perjalanan mimpiku… masih terus berjalan.

Kamis, 24 November 2022

Puisi untuk guru, karya Fuad Ghumam





Karya Fuad Ghumam
(Alumni SMP Negeri 18) 

Aku tahu jika nilaiku bukanlah yang terbaik, tapi bukan berarti ini tandanya beliau bukan guru yang terbaik. 

Beliau telah menginspirasiku untuk melakukan yang terbaik dan tidak pernah menyerah, selalu bersikap mengayomi, persahabatan, 

Kedisiplinan dan cinta. 

Satu hal yang pasti aku akan selalu bangga akan hal itu untuk selamanya.

Selamat hari guru, 

Jumat, 14 Oktober 2022

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 2022

OSIS SMP Negeri 18 Kabupaten Tebo, menggelar peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di mushola sekolah, menghadirkan Bapak Ustadz Wahyuri untuk mengisi ceramah. Kegiatan yang diselenggarakan oleh OSIS dan seluruh siswa, dipandu oleh bapak dan guru. Pada kegiatan peringatan hadir, mahasiswa KKN dari Perguruan Tinggi Universitas Batang Hari. 

Kepala sekolah berharap kegiatan ini dapat memberikan manfaat hikmah kepada kita semua. Ketua OSIS dalam sambutannya meminta maaf atas segala kesalahan dan kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan. 

Kamis, 04 Agustus 2022

Pertanggungjawaban Akhir Kepengurusan OSIS SMPN 18 Tebo

Kamis, 4 Agustus 2022, Kepala Sekolah Mengapresiasi Kepengurusan OSIS Periode 2021/2022 pada akhir kepengurusan. Terima kasih atas simua upaya, usaha dalam organisasi sekolah serta berbagai prestasi yang telah dihasilkan. 

Pesan selanjutnya kepada pengurus OSIS periode selanjutnya agar mempertahankan dan meningkatkan prestasi yang telah ada. Selalu belajar melalui berorganisasi, akan banyak ilmu dan pengalaman yang bermanfaat untuk peserta didik. 

Sabtu, 02 Juli 2022

PEMBUKAAN IHT PROGRAM SEKOLAH PENGGERAK SMPN 18 KABUPATEN TEBO

















Rimbo Bujang, 2 Juli 2022, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tebo, Kepala membuka In House Training (IHT) Program Sekolah Penggerak (PSP) Tahun 2022 di SMP Negeri 18 Kabupaten Tebo.

Kegiatan lanjutan dari Pelatihan Komite Pembelajaran (PSP) yang telah dilaksanakan SMP Negeri 18 Kabupaten Tebo diawali dengan pembukaan oleh Kepala Dinas dilanjutkan dengan Materi IHT dimulai Tanggal 2 Juli 2022 sampai dengan 13 Juli 2022. Kepala SMP Negeri 18 Kabupaten Tebo, Bapak Suyadi, S.Pd berterima kasih kepada Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tebo yang telah membuka acara Pembukaan IHT dengan lancar dan sukses. Setelah kegiatan IHT ini selesai akan dilanjutkan dengan workshop KOSP oleh seluruh Guru,  Menyusun Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan atau Kurikulum SMP Negeri 18 Kabupaten Tebo Tahun Pelajaran 2022/2023.

Kegiatan dengan moda tatap muka ini ditambah dengan tugas mandiri dan Platform Merdeka Mengajar yang akan dikumpulkan kepada panitia IHT.

Kepala Dinas Menyampaikan bahwa Kurikulum Merdeka merupakan penyempurnaan kurikulum dampak masa pandemic COVID-19, dengan IHT ini akan meningkatkan kompetensi SDM Guru dan akan berdampak peningkatan kompetensi peserta didik. Upaya Peningkatan kompetensi guru secara terukur, terevaluasi dan berkelanjutan. Dalam IHT ini sebelum satuan Pendidikan sapat membuat KOSP, diharapkan seluruh guru mampu:

1. Memahami, menganalisis dan menyusun kerangka kurikulum operasional di satuan pendidikan, antara lain, visi, misi, tujuan satuan pendidikan, menurunkan capaian pembelajaran (CP) menjadi tujuan pembelajaran (TP) dan alur tujuan pembelajaran (ATP), menyusun perangkat ajar (modul ajar, dan perangkat lainnya), serta pengorganisasian pembelajaran;

2. Memahami perencanaan projek penguatan profil pelajar pancasila dan memodifikasi contoh modul projek penguatan profil pelajar pancasila;

3. Memahami prinsip, tujuan dan metode dari perencanaan berbasis data yang digunakan untuk merencanakan program di satuan pendidikan; dan

4. Mengetahui kegunaan dan perkembangan platform teknologi prioritas yang mendukung Implementasi Kurikulum Merdeka.

PENGALAMAN PERTAMA MENGGUNAKAN MEDSOS

Karya Maulida Kurniawati  Dulu, waktu aku kelas 4 SD, pertama kali aku mengenal media sosial. Rasanya seperti menemukan dunia baru yang supe...