KADO BUAT SANG JUARA
Seperti biasa di akhir semester setelah ujian berakhir, sekolah mengadakan pertandingan antar kelas. Wajah antusias siswa kelihatan saat mereka mendengar pengumuman bahwa class meeting jadi dilaksanakan. Selanjutnya mereka berunding memilih, nama-nama peserta yang dianggap hebat dan mampu menjadi wakil dari kelasnya. Anto satu diantaranya yang berbakat dan penuh semangat.
“Yes…..yes……yes……..” dengan kompak mereka mengatakan bersama dengan mengepalkan tangan seakan menahan tenaga kuat dan menghempaskan dalam kerumunan tangan-tangan itu.
Hari pertama pertandingan dimulai kelas VII A menang. “Yes, yes, yes,” kembali ungkapan serupa sebagai rasa puas dan bangga Anto dan teman-temannya sambil menyeka keringat diantara kepala dan leher.
Beda lagi Hesti dan Nanda, dua anak akrab ini hanya biasa-biasa saja. keriangan teman sekelasnya tak ikut dirasakannya. Mereka hanya sekedar tepuk tangan saat kelasnya mendapat juara. Hesti tak ingin yang dirasakannya diketahui oleh teman-temannya.
“Selamat ya, kalian hebat” tegur Hesti menyela keasyikan Anto dan teman-teman nya yang lagi bercanda sambil minum air kemasan dingin dari kantin disebelahnya.
“Iya dong…..Yes, yes, …yes” sahut Herman sambil menarik sikunya kearah perut seperti yang sering dilihat di televisi.
“Tracktir dong, kan kami udah memperjuangkan kelas kita” Anto merayu pada teman-teman perempuannya. “Gampang, tapi besok kalau menang di final, O’ke…….ya ngak taman-teman…….” Balas Susi sok pahlawan. Masih saja bengong, saat final dimulai. Riuhnya lapangan tak kuasa mengusir gundah di dada Hesti, hanya raport dan prestasi yang akan diterima dua hari lagi yang ada di hati. Saat di SD, empat tahun berturut-turut juara umum selalu ia raih, mungkinkah kegundahan Hesti akan terobati ?
Sebelum pembagian raport semua siswa berkumpul di halaman kantor untuk menyaksikan pembagian hadiah pertandingan dan juara umum. Anto dan teman-temannya sudah berada di barisan terdepan dengan wajah berbinar-binar karena hadiah juara I Volli Ball akan diterimanya.
Hesti harap-harap cemas, tangannya mulai dingin dan berkeringat. Pengumuman belum juga dimulai, lapangan semakin ramai dengan canda masing-masing.
Para wakil pemenang lomba menenteng hadiah dengan senyum dan bangga, lalu kembali kebarisan masing-masing. Kini giliran pengumuman juara prestasi belajar yang dinanti Hesti dan sebagian teman-temannya.
“Juara Umum Pertama dengan rata-rata 79,9 diraih oleh Kelas VII A” Guru melanjutkan. “Hore…..” sahut barisan kelas VII A, sambil melompat-lompat. Hesti dan Hana saling Pandang. “Hana Pratiwi…………” Guru melajutkan dengan suara dipanjangkan. Hana langsung memeluk Hesti sebelum berjalan menuju tengah lapangan.
Mungkinkah nama ketiga adalah namana ?, meski tidak kelihatan kekecewaan diwajahnya, dada Hesti semakin kencang berdegup. Hesti tak sabar menunggu guru membacakan nama yang ketiga. “Dan, juara umum Ketiga adalah Hendri Arido kelas IX C” Guru mengakhiri pembacaan dan pembagian hadiah dilanjutkan.
Berikutnya pembagian raport di kelas masing-masing. Hesti duduk di depan meja wali kelas, Ibu Azizah yang cantik dan pendiam segera membacakan juara kelas dan langsung menyerahkan raport, suara Ibu Azizah lembut dan datar saja membaca nama-nama juara.
Hesti dipanggil pada urutan kelima, artinya juara kelas kelima dari tiga puluh lima siswa di kelasnya. Pulang, dan gontai mengiringi langkah Hesti menuju kerumahnya.
Tanpa buka baju sekolah langsung baring di tempat tidur setelah menggantungkan tas yang berisi raport itu. Matanya menerawang entah apa yang dipikirkannya, tak sengaja bola mata Hesti tertuju pada plastic hitam besar diatas meja belajarnya. Tangan Hesti menggapai, tesentuh surat yang ternyata untuknya.
Hesti,
Ibu sangat bangga, Ibu sangat bahagia
Mempunyai anak seperti dirimu.
Ibu bersyukur kau dapat ikut ujian semester
Meskipun hampir enam bulan kau sakit-sakitan
Lebih-lebih kau kini telah dinyatakan sehat oleh dokter
Mungkin kau kecewa tak dapat juara,
ibu memakluminya.
Jangan bersedih anakku,
Karena prestasimu bukan hanya diukur
dengan nilai raport dan hadiahnya
Hesti, Ibu memberimu kado sebagai hadiah prestasimu
Karena kau juara, sang juara.
Semangatmu belajar meski kau sakit
Juara melawan kemalasan
Juara kedisiplinan
Juara kesopanan
Juara kesalehan dan budi pekerti
Terimalah hadiah buat sang juara, Hesti
Selamat ya…………..
Dari Ibumu,
Sontak air mata Hesti bercucuran dengan isak tangis tertahan. Ibu Hesti yang sedari tadi mengintip masuk setelah Hesti melipat surat itu. “Terima kasih Ibu”, derail tangis tak terelakkan mereka berpelukan.
››››
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tuliskan pesan anda